My Carier
Rabu, 23 Mei 2012
Rabu, 04 Januari 2012
Makalah Oksigen
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Oksigen
Oksigen atau zat
asam adalah unsur kimia dalam
sistem tabel periodik yang
mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia
merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan
hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua
atom unsur ini berikatan
menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik
dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta
berdasarkan massa dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas
oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi.
Semua kelompok molekul
struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang
terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2
dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan
tumbuhan selama fotosintesis, dan
digunakan pada respirasi sel oleh
hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang
merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi
kehidupan. O2 kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar
2,5 milyar tahun yang lalu. Terdapat pula alotrop
oksigen lainnya, yaitu ozon (O3).
Lapisan ozon pada
atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi
ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari asbut.
Oksigen secara terpisah
ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada
tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada
tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan
yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada
tahun 1777, yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri
dihasilkan dengan distilasi bertingkat udara
cair, dengan munggunakan zeolit untuk
memisahkan karbon dioksida dan nitrogen dari
udara, ataupun elektrolisis air, dll.
Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga digunakan
sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar
angkasa,
dan penyelaman.
2. Karakteristik
Oksigen
2.1.
Struktur oksigen
Pada temperatur
dan tekanan standar, oksigen
berupa gas tak berwarna dan tak berasa dengan rumus kimia O2, di mana dua atom oksigen secara kimiawi
berikatan dengan konfigurasi
elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana
sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua
elektron dengan dua ikatan tiga elektron.
Oksigen
triplet merupakan keadaan
dasar molekul O2. Konfigurasi elektron molekul ini memiliki
dua elektron tak berpasangan yang menduduki dua orbital
molekul yang berdegenerasi. Kedua
orbital ini dikelompokkan sebagai antiikat (melemahkan orde ikatan dari tiga menjadi
dua), sehingga ikatan oksigen diatomik adalah lebih lemah daripada ikatan
rangkap tiga nitrogen.
Dalam bentuk triplet yang normal, molekul O2 bersifat paramagnetik oleh karena spin momen
magnetik elektron tak berpasangan molekul
tersebut dan energi
pertukaran negatif antara molekul O2 yang bersebelahan. Oksigen cair akan
tertarik kepada magnet, sedemikiannya pada percobaan laboratorium,
jembatan oksigen cair akan terbentuk di antara dua kutub magnet kuat.
Gambar 1.1 Ozon
merupakan
gas langka pada bumi
Oksigen
singlet, adalah nama molekul oksigen O2 yang kesemuaan spin elektronnya berpasangan.
Ia lebih reaktif terhadap molekul organik pada umumnya. Secara alami, oksigen singlet
umumnya dihasilkan dari air selama fotosintesis. Ia juga dihasilkan di troposfer
melalui fotolisis ozon oleh sinar berpanjang gelombang pendek, dan oleh sistem
kekebalan tubuh sebagai sumber oksigen aktif. Karotenoid
pada organisme yang berfotosintesis (kemungkinan juga ada pada hewan) memainkan
peran yang penting dalam menyerap oksigen singlet dan mengubahnya menjadi
berkeadaan dasar tak tereksitasi sebelum ia menyebabkan kerusakan pada
jaringan.
2.2.
Alotrop
Alotrop oksigen elementer yang umumnya
ditemukan di bumi adalah dioksigen O2. Ia
memiliki panjang ikat 121 pm dan energi
ikat 498 kJ·mol-1. Altrop oksigen ini digunakan oleh makhluk
hidup dalam respirasi sel dan merupakan komponen utama atmosfer bumi.
Trioksigen (O3),
dikenal sebagai ozon, merupakan
alotrop oksigen yang sangat reaktif dan dapat merusak jaringan paru-paru. Ozon
diproduksi di atmosfer bumi ketika O2
bergabung dengan oksigen atomik yang dihasilkan dari pemisahan O2 oleh radiasi ultraviolet
(UV). Oleh karena ozon menyerap gelombang UV dengan sangat kuat, lapisan ozon yang berada di atmosfer berfungsi sebagai
perisai radiasi yang melindungi planet. Namun, dekat permukaan bumi, ozon
merupakan polutan udara yang dibentuk dari produk sampingan pembakaran
otomobil.
Molekul metastabil tetraoksigen (O4)
ditemukan pada tahun 2001, dan diasumsikan terdapat pada salah satu enam fase oksigen
padat. Hal ini dibuktikan pada tahun
2006, dengan menekan O2 sampai dengan 20 GPa, dan
ditemukan struktur gerombol rombohedral O8.
Gerombol ini berpotensi sebagai oksidator
yang lebih kuat daripada O2 maupun O3, dan dapat digunakan dalam bahan bakar
roket. Fase logam oksigen ditemukan pada tahun 1990 ketika oksigen padat
ditekan sampai di atas 96 GPa. Ditemukan pula pada tahun 1998 bahwa pada suhu
yang sangat rendah, fase ini menjadi superkonduktor.
BAB II
SIFAT-SIFAT
OKSIGEN
1. Sifat Fisik
Oksigen
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu molekul O2 untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0 °C, konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mg·L−1, manakala pada suhu 20 °C oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mg·L−1. Pada suhu 25 °C dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 mililiter (mL) oksigen per liter, manakala dalam air laut mengandung sekitar 4,95 mL per liter. Pada suhu 5 °C, kelarutannya bertambah menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak daripada 25 °C) per liter untuk air murni dan 7,2 mL (45% lebih) per liter untuk air laut.
Gambar 1.2 Warna oksigen cair adalah biru
seperti warna biru langit. Fenomena
ini tidak berkaitan; warna biru langit
Oksigen mengembun pada 90,20 K (−182,95 °C, −297,31 °F), dan
membeku pada 54.36 K (−218,79 °C, −361,82 °F).
Baik oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan
oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair dengan kadar kemurnian yang tinggi
biasanya didapatkan dengan distilasi
bertingkat udara cair; Oksigen cair juga
dapat dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan nitrogen cair dengan
pendingin. Oksigen merupakan zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari
bahan-bahan yang mudah terbakar.
2. Isotop
Oksigen yang dapat ditemukan secara alami
adalah 16O, 17O, dan 18O, dengan 16O
merupakan yang paling melimpah (99,762%). Isotop oksigen dapat berkisar dari
yang bernomor massa 12 sampai dengan 28.
Kebanyakan 16O di disintesis
pada akhir proses fusi helium pada bintang,
namun ada juga beberapa yang dihasilkan pada proses pembakaran neon. 17O
utamanya dihasilkan dari pembakaran hidrogen menjadi helium semasa siklus CNO,
membuatnya menjadi isotop yang paling umum pada zona pembakaran hidrogen
bintang. Kebanyakan 18O diproduksi ketika 14N (berasal
dari pembakaran CNO) menangkap inti 4He, menjadikannya bentuk isotop yang paling
umum di zona kaya helium bintang.
Empat belas radioisotop
telah berhasil dikarakterisasi, yang paling stabil adalah 15O dengan
umur paruh
122,24 detik dan 14O dengan umur paruh 70,606 detik.
Isotop radioaktif sisanya memiliki umur paruh yang lebih pendek daripada 27
detik, dan mayoritas memiliki umur paruh kurang dari 83 milidetik. Modus
peluruhan yang paling umum untuk isotop
yang lebih ringan dari 16O adalah penangkapan
elektron, menghasilkan nitrogen,
sedangkan modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih berat
daripada 18O adalah peluruhan beta, menghasilkan fluorin.
BAB III
KEBERADAAN
OKSIGEN
1. Keberadaan
Oksigen di Bumi
Menurut massanya, oksigen merupakan unsur
kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Oksigen
merupakan unsur kimia paling melimpah ketiga di alam semesta, setelah hidrogen
dan helium. Sekitar 0,9% massa Matahari
adalah oksigen. Oksigen mengisi sekitar 49,2% massa kerak bumi
dan merupakan komponen utama dalam samudera (88,8% berdasarkan massa). Gas
oksigen merupakan komponen paling umum kedua dalam atmosfer bumi, menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa
(sekitar 1015 ton) atmosfer. Bumi memiliki ketidaklaziman pada
atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen
yang tinggi di atmosfernya. Bandingkan dengan Mars yang hanya memiliki 0,1% O2
berdasarkan volume dan Venus yang bahkan memiliki kadar konsentrasi yang
lebih rendah. Namun, O2 yang berada di
planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang
menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida.
Gambar 1.3 Air dingin melarutkan
lebih banyak O2.
Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak
lazim ini merupakan akibat dari siklus
oksigen. Siklus
biogeokimia ini menjelaskan pergerakan
oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir utama bumi: atmosfer, biosfer,
dan litosfer.
Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah fotosintesis. Fotosintesis melepaskan oksigen ke
atmosfer, manakala respirasi dan proses pembusukan
menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan, laju produksi dan konsumsi oksigen adalah
sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap tahunnya.
Oksigen bebas juga terdapat dalam air sebagai
larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada
temperatur yang rendah memiliki implikasi yang besar pada kehidupan laut.
Lautan di sekitar kutub bumi dapat menyokong kehidupan laut yang lebih banyak
oleh karena kandungan oksigen yang lebih tinggi. Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah O2
dalam air tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur kebutuhan oksigen biologis atau jumlah O2
yang diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu seperti
semula.
2. Peranan
Biologis Terhadap Keberadaan Oksigen
2.1.
Foto Sintesis dan Respirasi
Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari fotolisis air selama fotosintesis oksigenik. Ganggang hijau dan sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan sekitar
70% oksigen bebas yang dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh
tumbuhan daratan.
Persamaan kimia yang sederhana untuk
fotosintesis adalah:
Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari fotolisis air selama fotosintesis oksigenik. Ganggang hijau dan sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan sekitar
70% oksigen bebas yang dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh
tumbuhan daratan.
Persamaan kimia yang sederhana untuk
fotosintesis adalah:
Evolusi
oksigen fotolitik terjadi di membran
tilakoid organisme dan memerlukan energi
empat foton.
Terdapat banyak langkah proses yang terlibat, namun hasilnya merupakan
pembentukan gradien proton di seluruh permukaan tilakod. Ini digunakan
untuk mensintesis ATP via fotofosforilasi. O2 yang dihasilkan sebagai produk sampingan
kemudian dilepaskan ke atmosfer.
Dioksigen molekuler, O2, sangatlah penting untuk respirasi sel organisme
aerob. Oksigen digunakan di mitokondria
untuk membantu menghasilkan adenosina
trifosfat (ATP) selama fosforilasi
oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini
secara garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis, secara sederhana:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O
+ 2880 kJ·mol-1
Pada vetebrata, O2 berdifusi melalui membran paru-paru dan
dibawa oleh sel darah merah. Hemoglobin
mengikat O2, mengubah warnanya dari merah kebiruan
menjadi merah cerah. Terdapat pula hewan lainnya yang menggunakan hemosianin (hewan moluska
dan beberapa antropoda) ataupun hemeritrin (laba-laba
dan lobster).
Satu liter darah dapat melarutkan 200 cc O2.
Spesi oksigen yang reaktif, misalnya ion superoksida (O2−) dan hidrogen
peroksida (H2O2), adalah produk sampingan penggunaan oksigen
dalam tubuh organisme.[32]
Namun, bagian sistem kekebalan organisme tingkat tinggi pula menghasilkan
peroksida, superoksida, dan oksigen singlet untuk menghancurkan mikroba. Spesi
oksigen reaktif juga memainkan peran yang penting pada respon
hipersensitif tumbuhan melawan serangan
patogen.
Dalam keadaan istirahai, manusia dewasa menghirup
1,8 sampai 2,4 gram oksigen per menit. Jumlah ini setara dengan 6 milyar ton
oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia per tahun.
2.2.
Penumpukan oksigen di Atmosfer
Gas oksigen bebas hampir tidak terdapat pada atmosfer
bumi sebelum munculnya arkaea dan bakteri
fotosintetik. Oksigen bebas pertama kali muncul dalam kadar yang signifikan
semasa masa Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 milyar tahun
yang lalu). Pertama-tama, oksigen bersamaan dengan besi yang larut dalam samudera, membentuk formasi
pita besi (Banded iron formation). Oksigen mulai melepaskan diri dari
samudera 2,7 milyar tahun lalu, dan mencapai 10% kadar sekarang sekitar 1,7
milyar tahun lalu.
Gas oksigen bebas hampir tidak terdapat pada atmosfer
bumi sebelum munculnya arkaea dan bakteri
fotosintetik. Oksigen bebas pertama kali muncul dalam kadar yang signifikan
semasa masa Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 milyar tahun
yang lalu). Pertama-tama, oksigen bersamaan dengan besi yang larut dalam samudera, membentuk formasi
pita besi (Banded iron formation). Oksigen mulai melepaskan diri dari
samudera 2,7 milyar tahun lalu, dan mencapai 10% kadar sekarang sekitar 1,7
milyar tahun lalu.
Keberadaan oksigen dalam jumlah besar di
atmosfer dan samudera kemungkinan membuat kebanyakan organisme anaerob hampir punah semasa bencana
oksigen sekitar 2,4 milyar tahun yang
lalu. Namun, respirasi sel yang menggunakan O2 mengijinkan organisme
aerob untuk memproduksi lebih banyak
ATP daripada organisme anaerob, sehingga organisme aerob mendominasi biosfer
bumi. Fotosintesis dan respirasi seluler O2
mengijinkan berevolusinya sel
eukariota dan akhirnya berevolusi menjadi
organisme multisel seperti tumbuhan dan hewan.
Sejak permulaan era Kambrium
540 juta tahun yang lalu, kadar O2
berfluktuasi antara 15% sampai 30% berdasarkan volume. Pada akhir masa Karbon, kadar O2
atmosfer mencapai maksimum dengan 35% berdasarkan volume, mengijinkan serangga
dan amfibi tumbuh lebih besar daripada ukuran sekarang. Aktivitas manusia,
meliputi pembakaran 7 milyar ton bahan bakar fosil per tahun hanya memiliki pengaruh yang
sangat kecil terhadap penurunan kadar oksigen di atmosfer. Dengan laju
fotosintesis sekarang ini, diperlukan sekitar 2.000 tahun untuk memproduksi
ulang seluruh O2 yang ada di atmosfer
sekarang.
BAB IV
SEJARAH
OKSIGEN
1. Sejarah Awal
Salah satu percobaan pertama yang
menginvestigasi hubungan antara pembakaran
dengan udara dilakukan oleh seorang penulis Yunani abad ke-2, Philo
dari Bizantium. Dalam karyanya Pneumatica,
Philo mengamati bahwa dengan membalikkan labu yang di dalamnnya terdapat lilin
yang menyala dan kemudian menutup leher labu dengan air akan mengakibatkan
permukaan air yang terdapat dalam leher labu tersebut meningkat. Philo
menyimpulkan bahwa sebagian udara dalam labu tersebut diubah menjadi unsur api, sehingga dapat melepaskan diri dari labu
melalui pori-pori kaca. Beberapa abad kemudian, Leonardo da Vinci merancang eksperimen yang sama dan mengamati
bahwa udara dikonsumsi selama pembakaran dan respirasi.
Salah satu percobaan pertama yang
menginvestigasi hubungan antara pembakaran
dengan udara dilakukan oleh seorang penulis Yunani abad ke-2, Philo
dari Bizantium. Dalam karyanya Pneumatica,
Philo mengamati bahwa dengan membalikkan labu yang di dalamnnya terdapat lilin
yang menyala dan kemudian menutup leher labu dengan air akan mengakibatkan
permukaan air yang terdapat dalam leher labu tersebut meningkat. Philo menyimpulkan bahwa sebagian udara
dalam labu tersebut diubah menjadi unsur api, sehingga dapat melepaskan diri dari labu
melalui pori-pori kaca. Beberapa abad kemudian, Leonardo da Vinci merancang eksperimen yang sama dan mengamati
bahwa udara dikonsumsi selama pembakaran dan respirasi.
Pada akhir abad ke-17, Robert Boyle membuktikan bahwa udara diperlukan dalam
proses pembakaran. Kimiawan Inggris, John Mayow, melengkapi hasil kerja Boyle dengan
menunjukkan bahwa hanya sebagian komponen udara yang ia sebut sebagai spiritus
nitroaereus atau nitroaereus yang diperlukan dalam pembakaran.[50]
Pada satu eksperimen, ia menemukan bahwa dengan memasukkan seekor tikus ataupun
sebatang lilin ke dalam wadah penampung yang tertutup oleh permukaan air akan
mengakibatkan permukaan air tersebut naik dan menggantikan seperempatbelas
volume udara yang hilang. Dari percobaan ini, ia menyimpulkan bahwa nitroaereus
digunakan dalam proses respirasi dan pembakaran.
Mayow mengamati bahwa berat antimon
akan meningkat ketika dipanaskan. Ia menyimpulkan bahwa nitroaereus
haruslah telah bergabung dengan antimon. Ia juga mengira bahwa paru-para
memisahkan nitroaereus dari udara dan menghantarkannya ke dalam darah,
dan panas tubuh hewan serta pergerakan otot akan mengakibatkan reaksi nitroaereus
dengan zat-zat tertentu dalam tubuh. Laporan seperti ini dan
pemikiran-pemikiran serta percobaan-percobaan lainnya dipublikasikan pada tahun
1668 dalam karyanya Tractatus duo pada bagian "De
respiratione".
2. Penemuan
Dalam percobaan Robert Hooke, Ole Borch, Mikhail Lomonosov, dan Pierre Bayen, percobaan mereka semuanya
menghasilkan oksigen, namun tiada satupun dari mereka yang mengenalinya sebagai
unsur. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh prevalensi filosofi pembakaran
dan korosi
yang dikenal sebagai teori flogiston.
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, J. J. Becher pada tahun 1667, dan dimodifikasi oleh kimiawan Georg Ernst Stahl pada tahun 1731. Teori flogiston menyatakan bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua bagian komponen. Salah satunya adalah flogiston, yang dilepaskan ketika bahan tersebut dibakar, sedangkan bagian yang tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli materi tersebut.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh prevalensi filosofi pembakaran dan korosi yang dikenal sebagai teori flogiston.
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan
Jerman, J. J. Becher pada tahun 1667, dan dimodifikasi oleh
kimiawan Georg
Ernst Stahl pada tahun 1731. Teori flogiston
menyatakan bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua bagian
komponen. Salah satunya adalah flogiston, yang dilepaskan ketika bahan tersebut
dibakar, sedangkan bagian yang tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli
materi tersebut.
Bahan-bahan yang terbakar dengan hebat dan meninggalkan sedikit residu (misalnya kayu dan batu bara), dianggap memiliki kadar flogiston yang sangat tinggi, sedangkan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar dan berkorosi (misalnya besi), mengandung sangat sedikit flogiston. Udara tidak memiliki peranan dalam teori flogiston. Tiada eksperimen kuantitatif yang pernah dilakukan untuk menguji keabsahan teori flogiston ini, melainkan teori ini hanya didasarkan pada pengamatan bahwa ketika sesuatu terbakar, kebanyakan objek tampaknya menjadi lebih ringan dan sepertinya kehilangan sesuatu selama proses pembakaran tersebut. Fakta bahwa materi seperti kayu sebenarnya bertambah berat dalam proses pembakaran tertutup oleh gaya apung yang dimiliki oleh produk pembakaran yang berupa gas tersebut. Sebenarnya pun, fakta bahwa logam akan bertambah berat ketika berkarat menjadi petunjuk awal bahwa teori flogiston tidaklah benar (yang mana menurut teori flogiston, logam tersebut akan menjadi lebih ringan).
Pada saat yang sama, seorang pastor Britania,
Joseph
Priestley, melakukan percobaan yang
memfokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1
Augustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan 'dephlogisticated
air'. Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut
dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup
udara tersebut. Setelah mencoba menghirup gas itu sendiri, ia menulis:
"The feeling of it to my lungs was not sensibly different from that of
common air, but I fancied that my breast felt peculiarly light and easy for
some time afterwards." Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun
1775 dalam sebuah laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries
in Air". Laporan ini pula dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang
berjudul Experiments and Observations on Different
Kinds of Air. Oleh
karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu, Priestley biasanya
diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.
Seorang kimiawan Perancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah menemukan
zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada Oktober
1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia
menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat kepada
Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya mengenai zat yang
tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui menerima surat tersebut
(sebuah kopian surat ini ditemukan dalam barang-barang pribadi Scheele setelah
kematiannya).
3. Kostribusi
Lavoisier
Apa yang Lavoisier tidak terbantahkan pernah
lakukan (walaupun pada saat itu dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif
pertama mengenai oksidasi yang mengantarkannya kepada penjelasan
bagaimana proses pembakaran bekerja. Ia menggunakan percobaan ini beserta
percobaan yang mirip lainnya untuk meruntuhkan teori flogiston dan membuktikan
bahwa zat yang ditemukan oleh Priestley dan Scheele adalah unsur kimia.
Pada satu eksperimen, Lavoisier mengamati
bahwa tidak terdapat keseluruhan peningkatan berat ketika timah dan udara dipanaskan di dalam wadah
tertutup. Ia mencatat bahwa udara segera masuk ke dalam wadah seketika ia
membuka wadah tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian udara yang
berada dalam wadah tersebut telah dikonsumsi. Ia juga mencatat bahwa berat
timah tersebut juga telah meningkat dan jumlah peningkatan ini adalah sama
beratnya dengan udara yang masuk ke dalam wadah tersebut. Percobaan ini beserta
percobaan mengenai pembakaran lainnya didokumentasikan ke dalam bukunya Sur
la combustion en général yang dipublikasikan pada tahun 1777. Hasil
kerjanya membuktikan bahwa udara merupakan campuran dua gas, 'udara vital',
yang diperlukan dalam pembakaran dan respirasi, serta azote (Bahasa
Yunani ἄζωτον "tak bernyawa"), yang tidak
mendukung pembakaran maupun respirasi. Azote kemudian menjadi apa yang
dinamakan sebagai nitrogen, walaupun dalam Bahasa Perancis dan beberapa
bahasa Eropa lainnya masih menggunakan nama Azote.
Lavoisier menamai ulang 'udara vital'
tersebut menjadi oxygène pada tahun 1777. Nama tersebut berasal dari
akar kata Yunani
ὀξύς (oxys)
(asam, secara
harfiah "tajam") dan -γενής (-genēs) (penghasil, secara
harfiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian karena ia percaya bahwa
oksigen merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, namun pada saat
para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygène telah digunakan
secara luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih
tepat untuk disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Oxygène
kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris walaupun terdapat
penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan bahwa adalah seorang
Inggris, Priestley, yang pertama kali mengisolasi serta menuliskan keterangan
mengenai gas ini. Penyerapan ini secara sebagian didorong oleh sebuah puisi
berjudul "Oxygen" yang memuji gas ini dalam sebuah buku populer The
Botanic Garden (1791) oleh
Erasmus
Darwin, kakek Charles Darwin.
4. Sejarah
Selanjutnya
Hipotesis atom awal John Dalton
berasumsi bahwa semua unsur berupa monoatomik dan atom-atom dalam suatu senyawa
akan memiliki rasio atom paling sederhana terhadap satu sama lainnya. Sebagai
contoh, Dalton berasumsi bahwa rumus air adalah HO, sehingga massa atom
oksigen adalah 8 kali massa hidrogen (nilai yang sebenarnya adalah 16). Pada
tahun 1805, Joseph Louis
Gay-Lussac dan Alexander
von Humboldt menunjukkan bahwa air terbentuk
dari dua volume hidrogen dengan satu volume oksigen; dan pada tahun 1811,
berdasarkan apa yang sekarang disebut hukum Avogadro dan asumsi molekul unsur diatomik, Amedeo Avogadro memperkirakan komposisi air dengan benar.
Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan menyadari
bahwa udara dapat dicairkan dan komponen-komponennya dapat dipisahkan dengan
mengkompres dan mendinginkannya. Kimiawan dan fisikawan Swiss, Raoul Pierre
Pictet, menguapkan cairan sulfur
dioksida untuk mencairkan karbon dioksida, yang mana pada akhirnya diuapkan untuk
mendinginkan gas oksigen menjadi cairan. Ia mengirim sebuah telegram pada 22
Desember 1877 kepada Akademi Sains Prancis di Paris dan mengumumkan penemuan oksigen
cairnya. Dua hari kemudian, fisikawan
Perancis Louis
Paul Cailletet mengumumkan metodenya untuk
mencairkan oksigen molekuler. Hanya beberapa tetes cairan yang dihasilkan
sehingga tidak ada analisis berarti yang dapat dilaksanakan. Oksigen berhasil
dicairkan ke dalam keadaan stabil untuk pertama kalinya pada 29 Maret 1877 oleh
ilmuwan Polandia dari Universitas
Jagiellonian, Zygmunt
Wróblewski dan Karol
Olszewski.
Pada tahun 1891, kimiawan Skotlandia James Dewar berhasil memproduksi oksigen cair dalam
jumlah yang cukup banyak untuk dipelajari. Proses produksi oksigen cair secara
komersial dikembangkan secara terpisah pada tahun 1895 oleh insinyur Jerman Carl von
Linde dan insinyur Britania William
Hampson. Kedua insinyur tersebut menurunkan suhu udara sampai ia mencair dan
kemudian mendistilasi udara cair tersebut. Pada tahun 1901, pengelasan
oksiasetilena didemonstrasikan untuk pertama kalinya dengan membakar campuran asetilena
dan O2 yang dimampatkan. Metode pengelasan dan
pemotongan logam ini pada akhirnya digunakan secara meluas.
Pada tahun 1923, ilmuwan Amerika Robert H. Goddard menjadi orang pertama yang mengembangkan mesin roket; mesin ini menggunakan bensin sebagai bahan bakar dan oksigen cair sebagai oksidator. Goddard berhasil menerbangkan roket kecil sejauh 56 m dengan kecepatan 97 km/jam pada 16 Maret 1926 di Auburn, Massachusetts, USA.
BAB V
SENYAWA OKSIGEN
Gambar
1.5 Air (H2O) adalah senyawa oksigen yang paling dikenal.
Keadaan oksidasi okesigen adalah -2 untuk hampir semua
senyawa oksigen yang diketahui. Keadaan oksidasi -1 ditemukan pada beberapa
senyawa seperti peroksida. Senyawa oksigen dengan keadaan oksidasi
lainnya sangat jarang ditemukan, yakni -1/2 (superoksida), -1/3 (ozonida), 0 (asam
hipofluorit), +1/2 (dioksigenil), +1 (dioksigen
difluorida), dan +2 (oksigen
difluorida).
Senyawa oksida dan senyawa anorganik lainnya
Air (H2O) adalah oksida hidrogen dan merupakan senyawa oksigen yang paling dikenal. Atom hidrogen secara kovalen berikatan dengan oksigen. Selain itu, atom hidrogen juga berinteraksi dengan atom oksigen dari molekul air lainnya (sekitar 23,3 kJ·mol−1 per atom hidrogen). Ikatan hidrogen antar molekul air ini menjaga kedua molekul 15% lebih dekat daripada yang diperkirakan apabila hanya memperhitungkan gaya Van der Waals.
Oleh karena elektronegativitasnya, oksigen akan membentuk ikatan kimia dengan hampir semua unsur lainnya pada suhu
tinggi dan menghasilkan senyawa oksida. Namun, terdapat pula beberapa unsur yang
secara spontan akan membentuk oksida pada suhu dan tekanan standar. Perkaratan besi merupakan salah satu contohnya.
Permukaan logam seperti aluminium dan titanium
teroksidasi dengan keberadaan udara dan membuat permukaan logam tersebut
tertutupi oleh lapisan tipis oksida. Lapisan oksida ini akan mencegah korosi
lebih lanjut. Beberapa senyawa oksida logam transisi ditemukan secara alami
sebagai senyawa non-stoikiometris. Sebagai contohnya, FeO (wustit) sebenarnya berumus Fe1 − xO,
dengan x biasanya sekitar 0,05.
Di atmosfer pula, kita dapat menemukan
sejumlah kecil oksida karbon, yaitu karbon dioksida (CO2).
Pada kerak bumi pula dapat ditemukan berbagai senyawa
oksida, yakni oksida silikon (Silika SO2)
yang ditemukan pada granit dan pasir, oksida aluminium (aluminium oksida Al2O3
yang ditemukan pada bauksit dan korundum),
dan oksida besi (besi(III) oksida Fe2O3)
yang ditemukan pada hematit dan karat logam.
BAB VI
MANFAAT
OKSIGEN
1. Memperlancar Sistem Pencernaan
Mengkonsumsi Air Kesehatan yang
bisa dibeli di pen- Jual Air dalam
jumlah cukup setiap hari akan memperlancar sistem pencernaan sehingga kita akan
terhindari dari masalah-masalah pencernaan seperti maag ataupun sembelit.
Pembakaran kalori juga akan berjalan efisien.
2. Air Oxy
Membantu Memperlambat Tumbuhnya Zat-Zat Penyebab Kanker, plus mencegah penyakit
batu ginjal dan hati. Minum Air Oxigen akan
membuat tubuh lebih berenergi.
3. Perawatan Kecantikan
Bila kurang minum Air Oxygen,
tubuh akan menyerap kandungan air dalam kulit sehingga kulit menjadi kering dan
berkerut. Selain itu, Oxygen Water dapat
melindungi kulit dari luar, sekaligus melembabkan dan menyehatkan kulit. Untuk
menjaga kecantikan pun, kebersihan tubuh pun harus benar-benar diperhatikan,
ditambah lagi minum Oxy Water 8 -
10 gelas sehari.
4. Untuk Kesuburan
Meningkatkan produksi hormon
testosteron pada pria serta hormon estrogen pada wanita.
5. Menyehatkan Jantung
Air Kesehatan juga
diyakini dapat ikut menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan kulit,
penyakit saluran papas, usus, dan penyakit kewanitaan, yang bisa didapatkan di
penJual Air.
Bahkan saat ini cukup banyak pengobatan altenatif yang memanfaatkan kemanjuran Air Oxy.
6. Sebagai Obat Stroke
Air Oxigen panas
tak hanya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kulit, tapi juga efektif
untuk mengobati lumpuh, seperti karena stroke. Sebab, Air Oxygen
tersebut dapat membantu memperkuat kembali otot-otot dan ligamen serta
memperlancar sistem peredaran darah dan sistem pernapasan.
7. Efek Relaksasi
Cobalah berdiri di bawah shower dan
rasakan efeknya di tubuh. Pancuran Oxygen Water yang
jatuh ke tubuh terasa seperti pijatan dan mampu menghilangkan rasa capek karena
terasa seperti dipijat. Sejumlah pakar pengobatan alternatif mengatakan, bahwa
bersentuhan dengan Oxy Water
mancur, berjalan-jalan di sekitar air terjun akan memperoleh khasiat ion-ion
negatif. Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-butiran air yang
berbenturan itu bisa meredakan rasa sakit, menetralkan racun, memerangi
penyakit, serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen.
8. Menguruskan Badan
Air putih yang bisa didapatkan melalui Bisnis Air juga
bersifat menghilangkan kotoran-kotoran dalam tubuh yang akan lebih cepat keluar
lewat urine.
9. Tubuh Lebih Bugar
Khasiat air yang biasanya dibeli lewat Bisnis Air tak
hanya untuk membersihkan tubuh saja tapi juga sebagai zat yang sangat
diperlukan tubuh. Kita mungkin lebih dapat bertahan kekurangan makan beberapa
hari ketimbang kurang air
10. Penyeimbang tubuh
Jumlah air yang menurun dalam tubuh,
fungsi organ-organ tubuh juga akan menurun dan lebih mudah terganggu oleh
bakteri, virus. Namun, tubuh manusia mempunyai mekanisme dalam mempertahankan
keseimbangan asupan air yang masuk dan yang dikeluarkan. Rasa haus pada setiap
orang merupakan mekanisme normal dalam mempertahankan asupan air dalam tubuh.
Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2-2,5 l (8 - 10 gelas) per hari.
Tubuh akan menurun
kondisinya bila kadar air menurun dan kita tidak segera memenuhi kebutuhan air
tubuh tersebut. Kardiolog dari AS, Dr James M. Rippe memberi saran untuk minum
air paling sedikit seliter lebih banyak dari apa yang dibutuhkan rasa haus
kita. Pasalnya, kehilangan 4% cairan saja akan mengakibatkan penurunan kinerja
kita sebanyak 22 %! Bisa dimengerti bila kehilangan 7%, kita akan mulai merasa
lemah dan lesu.
Jika berada di ruang
ber-AC, dianjurkan untuk minum lebih banyak karena udara yang dingin dan tubuh
cepat mengalami dehidrasi. Banyak minum juga akan membantu kulit tidak cepat
kering. Di ruang yang suhunya tidak tetap pun dianjurkan untuk membiasakan
minum meski tidak terasa haus untuk menyeimbangkan suhu.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Di
luar kebutuhan untuk bernapas, oksigen memiliki kandungan paling vital untuk
tubuh. Oksigen umumnya diketahui berasal dari udara yang kita hirup dari luar
dan masuk ke dalam tubuh.
Padahal,
banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat oksigen dapat masuk dan
berfungsi secara baik demi kelangsungan hidup. Menangkap oksigen untuk tubuh
bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya menghirup secara langsung
dari luar tubuh, ataupun memasukkannya melalui minuman. Salah satu cara, melalui
secangkir teh.
Peran
oksigen, seperti dikatakan oleh peraih nobel dua kali untuk penelitian kanker,
Dr Otto Walburg sangat penting. Pasalnya, penyebab utama sel berubah menjadi
kanker disebabkan kurangnya oksigen.
Keberadaan
oksigen memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal itu juga diakui
dalam dunia medis. Seberapa penting kandungan oksigen tergambar dari laporan
singkat penelitian yang dilakukan para ahli di Universitas Oxford, Inggris.
Penelitan mencatat oksigen bisa dijadikan medium radioterapi yang efektif guna
merendam bahaya kanker.
B.
Saran
Jagalah
kelestarian lingkungan, agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen bagi kehidupan
mahluk hidup, karena seperti yang telah dibahas diatas banyak manfaat dari
oksigen bagi kehidupan mahluk hidup, bagkan oksigen merupakan kebutuhan vital
dalam hidup kita, go green.
DAFTAR
PUSTAKA
Aladin,
Andi. 2010. Kimia Umum Kesehatan. Makassar:
Pustaka Pelajar.
Budi,
Sentot. 2008. Kimia 3, Berbasis Eksperimen. Jakarta: Tiga serangkai.
www.wikipwdia.com.
08 januari 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen. Jakarta: Wikipedia.
www.republika.ac.id. 08 Januari 2011. http://republika.co.id/berita/66891/Oksigen_Redam_Bahaya_Kanker. Jakarta: Republika.
www.gulungkabel.blogspot.com. 08 Januari 2011. http://gulungkabel.blogspot.com/2009/03/manfaat-oxygen-drinking-water.html. Jakarta: Gulung Kabel Blogspot.
Langganan:
Postingan (Atom)