MAKALAH STOIKIOMETRI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setelah membahas masalah struktur atom, tabel
periodik dan ikatan kimia, maka timbul permasalahan tentang reaksi antar atom
dengan suatu persamaan yakni tentang perubahan suatu materi menjadi materi lain.
Kajian reaksi kimia secara kuantitatif dapat memberi informasi yang lebih jelas
tentang perubahan kimia yang terjadin dan perubahan ini mengikuti hukukm-hukum
dasar ilmu kimia. Bidang kimia yang membicarakan hubungan-hubungan kuantitatif
antara preaksi dan hasil reaksi dikenal dengan stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, stoicheion
(unsur) dan metron (pengukuran). Pada pokok pembahasan ini akan dibicarakan
masalah yang berhubungan dengan :
1. Hukum-hukum
dasar ilmu kimia
2. Massa
atom relatif dan massa rumus relatif
3. Konsep
mol
4. Cara
menyatakan konsentrasi
5. Persamaan
dan hasil reaksi
B. Tujuan
Tujuan mempelajari Stoikiometri adalah untuk
mennetukan titik stoikiometri suatu reaksi dengan lebih mudah.
BAB
II
PEMBAHSAN
STOIKIOMETRI
A. Tata Nama Senyawa
A. Tata Nama Senyawa
1. Tata
Nama Senyawa Anorganik
Tata
nama senyawa anorganik secara umum dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a. Penamaan
Senyawa Biner
Senyawa
biner adalah senyawa yang terdiri atas dua jenis unsur.
·
Senyawa Biner Ionik
Senyawa
biner dari logam dan logam merupakan senyawa ion. Senyawa ion terdiri dari ion
positif (kation) yang merupakan ion logam dan ion negatif (anion) yang
merupakan ion nonlogam.
Tabel
Kation dan anion dari Senyawa Biner Logam dan Nonlogam
Jenis Ion Rumus Ion Nama Ion Rumus Ion Nama Ion
Jenis Ion Rumus Ion Nama Ion Rumus Ion Nama Ion
Kation
Na+ Natrium Fe3+ Besi (III)
K+ Kalium Cu+ Tembaga (I)
Mg2+ Magnesium Cu2+ Tembaga (II)
Ca2+ Kalsium Co2+ Kobalt (II)
Ba2+ Barium Co3+ Kobalt (III)
Al3+ Aluminium Sn2+ Timah (II)
Ni2+ Nikel Sn4+ Timah (IV)
Zn2+ Seng Pb2+ Timbel (II)
Ag+ Perak Pb4+ Timbel (IV)
Anion F- Fluorida H- Hidrida
Cl- Klorida O2- Oksida
Br- Bromida S2- Sulfida
I- Iodida N3- Nitrida
Senyawa biner logam dan nonlogam
bersifat netral (tak bermuatan), artinya besar muatan kation dan anion adalah
sama atau jumlah muatan kation dan anion dalam senyawa adalah nol.
Secara
Umum : Ay+AxByBx-
Ion Ay+ berikatan dengan ion Bx-
membentuk senyawa ionik AxBy , yaitu muatan ion Ay+ menjadi indeks B dan muatan
Bx- menjadi indeks A.
Aturan penulisan dan
dan penamaan senyawa biner logam dan nonlogam ini adalah sebagai berikut :
1) Penulisan rumus
senyawa, kation di depan dan kation di belakang.
2) Logam yang hanya
mempunyai satu muatan ion (muatan listrik), penamaan senyawanya adalah nama ion
logam di depan dan nama ion nonlogam di belakang. Logam yamg seperti ini adalah
logam alkali (IA), alkali tanah (IIA), dan alumunium.
3) Logam yang mempunyai
beberapa muatan ion (muatan listrik), Penamaan senyawanya adalah nama ion logam
di depan disertai dengan menuliskan muatan ionnya dengan angka romawi dalam
tanda kurung, sedangkan nama ion nonlogam di belakang.
Senyawa yang termasuk ke dalam senyawa biner logam dan nonlogam, yaitu ;
1) Senyawa Garam
Senyawa yang termasuk ke dalam senyawa biner logam dan nonlogam, yaitu ;
1) Senyawa Garam
Senyawa garam diperoleh dari reaksi
antara asam dengan basa. Senyawa Garam dirumuskan sebagai berikut.
Senyawa garam tersebut dibentuk dari ion
logam Ly+ dan ion sisa asam Ax- membentuk senyawa garam LxAy
2) Oksidasi Logam (Oksidasi Basa)
Oksidasi logam adalah merupakan oksidasi
pembentuk basa dalam air. Rumus Oksidasi logam adalah sebagai berikut.
Senyawa oksidasi logam tersebut dibentuk
dari ion logam Ly+ dan ion Ox- membentuk senyawa oksida logam.
Tabel Nama Oksidasi Logam dan Basa yang
Dibentuk
Oksidasi Logam Nama Oksidasi Logam Basa yang dibentuk
Li2O Litium Oksida LiOH
Oksidasi Logam Nama Oksidasi Logam Basa yang dibentuk
Li2O Litium Oksida LiOH
Na2O Natrium oksida NaOH
K2O Kalium oksida KOH
MgO Magnesium oksida Mg(OH)2
SrO Stronsium oksida Sr(OH)2
BaO Barium oksida Ba(OH)2
Al2O3 Aluminium oksida Al(OH)3
Cr2O3 Kromium (III) oksida Cr(OH)3
FeO Besi (II) oksida Fe(OH)2
Fe2O3 Besi (III) oksida Fe(OH)3
·
Senyawa Biner Nonlogam dan nonlogam
(Senyawa Kovalen)
Senyawa biner nonlogam
dengan nonlogam merupakan senyawa kovalen. Partikel terkecil dari senyawa ini
adalah molekul. Senyawa Kovalen dapat dirumuskan sebagai berikut.
A dan B merupakan unsur
nonlogam. Unsur A lebih cenderung bermuatan positif dan unsur B lebih cenderung
bermuatan negatif. Huruf x adalah indeks unsur A, yaitu jumlah atom A penyusun
molekul AxBy. Huruf y adalah indeks unsur B, yaitu jumlah atom B penyusun
molekul AxBy. Pembentukan molekul senyawa AxBy berdasarkan pemakaian bersama
pasangan elektron.
Penulisan dan aturan
penamaan senyawa biner antara nonlogam dan nonlogam (senyawa kovalen) adalah
sebagai berikut.
1)
Untuk atom yang cenderung bermuatan
positif ditulis di depan dan atom yang cenderung bermuatan negatif ditulis di
belakang.
Contoh:
N dengan O, rumus senyawanya N2O bukan ON2
2)
Untuk senyawa nonlogam yang hanya
membentuk satu senyawa, penamaannya adalah dengan menyebutkan nama kedua unsur
tersebut dan unsur yang kedua diberi akhiran ida.
Contoh:
HCL : Hidrogen Klorida
HCL : Hidrogen Klorida
H2S
: Hidrogen Sulfida
3)
Untuk senyawa nonlogam yang dapat
membentuk dua atau lebih senyawa, penamaannya seperti penamaan di atas, tetapi
masing-masing diberi awalan yang menyatakan jumlah atom tiap unsur dan diakhiri
dengan ida. Awalan tersebut merupakan angka indeks bahasa Yunani.
4)
Senyawa yang sudah umum dan terkenal
tidak mengikuti aturan di atas.
Contoh :
Contoh :
H2O
: Air
NH3
: Amonia
Senyawa biner
kovalen terdiri atas senyawa asam monoksi dan oksida nonlogam.
1) Senyawa Asam Nonoksi
Menurut Arrhenius, asam
adalah zat yang dapat melepas ion H+ dalam air. Asam seperti ini dinamakan asam
nonoksi Karena tidak mengandung oksida asam. Sebaliknya, asam oksida adalah
asam yang mengandung oksida asam.
Penamaan senyawa asam nonoksi dapat dituliskan sebagai berikut.
Contoh :
HF : asam florida
Penamaan senyawa asam nonoksi dapat dituliskan sebagai berikut.
Contoh :
HF : asam florida
HCl : asam klorida
Hbr : asam bromida
HI : Asam Ionida
Catatan :
HCN bukanlah senyawa biner, tetapi
penamaannya sama seperti asam nonoksi. Penamaan HCN adalah asam sianida.
2) Oksida Nonlogam
Oksida adalah senyawa
dari suatu unsur dengan oksigen. Oksida nonlogam adalah oksida unsur nonlogam
yang jika dilarutkan dalam air membentuk senyawa asam. Oksida nonlogam disebut
juga oksida asam. Akan tetapi, tidak semua oksida nonlogam termasuk oksida
asam. Rumus umum oksida nonlogam adalah sebagai berikut.
Penamaan oksida nonlogam ini sudah dijelaskan pada penamaan senyawa biner nonlogam dan nonlogam.
Penamaan oksida nonlogam ini sudah dijelaskan pada penamaan senyawa biner nonlogam dan nonlogam.
oksida nonlogam Nama
oksida nonlogam Asam yang dibentuk
SO2 belerang dioksida H2SO3
SO2 belerang dioksida H2SO3
SO3 belerang trioksida
H2SO4
N2O3 Dinitrogen
trioksida HNO2
N2O5 Dinitrogen
pentaoksida HNO3
P2O3 Difosfor trioksida
H3PO3
P2O5 Difosfor
pentaoksida H3PO4
Penamaan Senyawa Poliatom
Senyawa Poliatom adalah senyawa yang
disusun oleh lebih dari dua jenis unsur. Senyawa poliatom terdiri dari :
·
Senyawa Poliatom Ionik
Senyawa poliatom ionik
adalah senyawa poliatom yang partikel terkecilnya merupakan ion. Senyawa
poliatom ionic terdiri dari kation dan anion yaitu :
1.
Senyawa Garam Poliatom
Senyawa Garam Poliatom
adalah senyawa garam yang kation atau anionnya merupakan ion poliatom.
2.
Senyawa Basa
Menurut Arrhenius, basa
adalah zat yang dapat melepaskan ion OH- dalam air. Larutan basa rasanya agak
pahit dan bersifat kausatik (licin seperti sabun). Senyawa basa merupakan
senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH- (kecuali NH4OH).
Senyawa basa dapat dirumuskan sebagi berikut.
L : logam
L : logam
OH-: hidroksida (pembawa sifat basa)
x : valensi basa ( sama dengan bilangan
oksida L)
Penamaan senyawa basa adalah sebagai
berikut:
Ø
Senyawa basa yang dibentuk oleh logam yng mempunyai muatan ion tunggal.
Misalnya alkali, alkali tanah , dan
alumunium. Penamaan senyawanya dirumuskan
sebagai berikut:
Basa yang dibentuk oleh logam yang
mempunyai beberapa muatan ion, penamaan senyawanya dirumuskan sebagai berikut :
·
Senyawa Poliatom Kovalen
Senyawa poliatom kovalen
adalah senyawa poliatom yang partikel terkecilnya adalah molekul. Senyawa yang
termasuk ke dalam senyawa poliatom kovalen adalah senyawa asam oksi.
Penamaan senyawa asam
oksi adalah sebagai berikut.
1) Unsur nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa, senyawanya berakhiran-at.
2) Unsur nonlogam yang membentuk dua jenis asam, asam yang mempunyai oksigen banyak berakhiran–at.
1) Unsur nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa, senyawanya berakhiran-at.
2) Unsur nonlogam yang membentuk dua jenis asam, asam yang mempunyai oksigen banyak berakhiran–at.
3) Asam oksi halogen adalah asam yang
mempunyai oksida asam dan merupakan oksida halogen. Secara sederhana, asam oksi
halogen berarti asam yang atom pusatnya adalah unsure halogen. Penamaan asam
oksida halogen tergantung pada bilangan oksidasi atau jumlah oksigennya.
2. Tata Nama Senyawa Organik
a. Senyawa Hidrokarbon Sederhana
Senyawa hidrokarbon masih
diklasifikasikan menjadi alkana, alkena, dan alkuna. Pembagian senyawa tersebut
didasarkan pada ada tidaknya ikatan rangkap dalam senyawa hidrokarbon.
Tata nama IUPAC untuk senyawa alkena dan
alkuna didasarkan pada tata nama alkana dengan jumlah atom C yang bersesuaian
dengan mengubah akhirannya sesuai dengan nama masing-masing senyawa.
Perbandingan Nama-Nama Senyawa Organik
Sederhana
Jumlah atom C Nama Alkana Nama Alkena
Nama Alkuna
1 Metana - -
2 Etana Etena Etuna
3 Propana Propena Propuna
4 Butana Butena Butuna
5 Pentana Pentena Pentuna
6 Heksana Heksena Heksuna
7 Heptana Heptena Heptuna
8 Oktana Oktena Oktuna
9 Nonana Nonena Nonuna
10 Dekana Dekena Dekuna
b. Senyawa Alkohol Sederhana
Tata nana senyawa alkohol hampir sama
dengan tata nama senyawa hidrokarbon sederhana. Penamaannya, senyawa alkohol
sederhana adalah sebagai berikut.
CH3OH : Metanol
CH3OH : Metanol
C2H5OH : Etanol
C3H7OH : Propanol
c. Senyawa Asam Organik
Asam organik atau asam karboksilat
berdasarkan IUPAC dinamakan asam alkanoat. Rumus umumnya adalah R-COOH.
Penamaan diurutkan sebagai berikut.
R (alkil) adalah alkana yang kehilangan satu atom H.
R (alkil) adalah alkana yang kehilangan satu atom H.
C.
Hukum – hukum Dasar Kimia
HUKUM KEKEKALAN MASSA (HUKUM LAVOISIER)
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah tetap".
Contoh:
hidrogen + oksigen = hidrogen oksida
hidrogen + oksigen = hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)
"Perbandingan massa unsur-unsur
dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap".
Contoh:
- Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
1
Ar . N : 3 Ar . H = 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
- Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
=
1 Ar . S : 3 Ar . O
=
1 (32) : 3 (16)
=
32 : 48
=
2 : 3
Keuntungan
dari hukum Proust:
bila
diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk
senyawa tersebut maka massa unsur lainnya dapat diketahui.
HUKUM
PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2
dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk
massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada senyawa
NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
HUKUM-HUKUM
GAS
Untuk
gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P
= tekanan gas (atmosfir)
V
= volume gas (liter)
n
= mol gas
R
= tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T
= suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan
dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi tertentu dicerminkan
dengan hukum-hukum berikut:
HUKUM BOYLE
HUKUM BOYLE
Hukum
ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2
dan
T1 = T2
; sehingga diperoleh : P1
V1 = P2 V2
HUKUM
GAY-LUSSAC
"Volume
gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat sederhana".
Jadi
untuk: P1
= P2 dan T1 = T2
berlaku : V1
/ V2 = n1 / n2
HUKUM
BOYLE-GAY LUSSAC
Hukum
ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan keadaan harga n =
n2 sehingga diperoleh persamaan:
P1
. V1 / T1 = P2 . V2 / T2
HUKUM
AVOGADRO
"Pada
suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol
yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1
mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini disebut sebagai volume molar
gas.
C.
Persamaan Reaksi
Persamaan
reaksi mempunyai sifat :
1. Jenis
unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2. Jumlah
masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
3. Perbandingan
koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas
perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu dan
tekanannya sama)
Langkah-Langkah
Penulisan Persamaan Reaksi
a. Nama-nama
reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut
persamaan sebutan.
persamaan sebutan.
b. Tuliskan
persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang, yaitu
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan kerangka.
rumus-rumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan kerangka.
c. Setarakan
persamaan kerangks tersebut sehingga diperoleh persamaan
reaksi setara yang disebut persamaan kimia.
reaksi setara yang disebut persamaan kimia.
Penyetaraan
persamaan reaksi
Penyetaraan persamaan raksi sesuai dengan hukum
kekebalan reaksi Lavoisier dan teori atom Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada
reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa. Artinya, jumlah dan jenis atom di
ruas kiri (reaktan) sama dengan jumlah dan jenis atom di ruas kanan (hasil
reaksi). Sesuai teori atom Dalton, dalam reaksi kimia tidak ada atom yang
hilang atau tercipta, yang terjadi hanyalah penataan ulang atom-atom reaktan
membentuk susunan baru, yaitu hasil reaksi. Agar jenis dan jumlah atom di ruas
kiri sama dengan di ruas kanan, persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan)
dengan cara mengatur angka di depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang
diberikan di depan reaktan dan hasil reaksi disebut koefisien. Angka satu
sebagai koefisien tidak dituliskan. Oleh karena itu persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut.
Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat
dilakukan dengan:
1. Tuliskan
persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara, dengan reaktan di
ruas kiri dan hasil reaksi di ruas kanan.
2. Tetapkan
koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu.
3. Setarakan
reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang lain.
- Konsep Mol
mol
adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya
sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.
Jika
bilangan Avogadro = L maka :
L
= 6.023 x 1023
1
mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1
mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Massa
1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
Masa
Atom dan Masa Rumus
1) Massa
Atom
Massa
atom didefinisikan sebagai massa suatu atom dalam satuan atomic mass unit (amu)
atau satuan massa atom (sma). Satu amu didefinisikan sebagai 1/12 kali massa
satu atom C-12. Karbon-12 adalah salah satu isotop karbon yang memiliki 6
proton dan 6 neutron. Unsur ini dijadikan sebagai standar pembanding sebab
unsur ini memiliki sifat yang sangat stabil dengan waktu paruh yang panjang.
Dengan menetapkan massa atom C-12 sebesar 12 sma, kita dapat menentukan massa
atom unsur lainnya. Sebagai contoh, diketahui bahwa satu atom hidrogen hanya
memiliki massa 8,4% dari massa satu atom C-12. Dengan demikian, massa satu atom
hidrogen adalah sebesar 8,4% x 12 sma atau 1,008 sma. Dengan perhitungan
serupa, dapat diperoleh massa satu atom oksigen adalah 16,00 sma dan massa satu
atom besi adalah 55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu atom besi memiliki massa
hampir 56 kali massa satu atom hidrogen.
2) Massa
Atom Relatif (Ar)
Massa
atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang massa atom,
karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom unsur ditentukan dengan cara
membandingkan massa atom rata-rata unsur tersebut terhadap 1/12 massa rata-rata
satu atom karbon 12 sehingga massa atom yang diperoleh adalah massa atom
relatif (Ar).
3) Massa
Molekul Relatif
Unsur
dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan dalam massa
molekul relatif (Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr) adalah
perbandingan massa rata-rata satu molekul unsur atau senyawa dengan 1/12 massa
rata-rata satu atom karbon-12.
Jenis
molekul sangat banyak, sehingga tidak ada tabel massa molekul relatif. Akan
tetapi, massa molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom
relatif atom-atom pembentuk molekulnya.
Mr = ∑Ar
Untuk
senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan pasangan ion-ion,
misalnya NaCl maka Mr senyawa tersebut disebut massa rumus relatif. Massa rumus
relatif dihitung dengan cara yang sama dengan seperti perhitungan massa molekul
relatif, yaitu dengan menjumlahkan massa atom relatif unsur-unsur dalam rumus
senyawa itu.
4) Massa
Molar
Telah
diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel (atom,
molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor
massa 12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12
gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan massa
molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan
dalam gram.
Massa
molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)
5) Volume
Molar
Avogadro
mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0°C (273 K) dan tekanan 1
atmosfir (76cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan massa 1,3286 gram. Karena
volume gas oksigen (O2) = 1 liter, pengukuran dengan kondisi 0°C (273 K) dan
tekanan 1 atmosfir (76cmHg) disebut juga keadaan STP (Standard Temperature and
Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,3 liter.
Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sma (STP) maka volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,3 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3 liter/mol.
Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sma (STP) maka volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,3 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3 liter/mol.
Persamaan
gas ideal
Persamaan
gas ideal dinyatakan dengan:
PV=nRT
keterangan:
P; tekanan gas (atm)
keterangan:
P; tekanan gas (atm)
V;
volume gas (liter)
N;
jumlah mol gas
R;
tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K)
T;
temperatur mutlak (Kelvin)
Gas
Pada Suhu dan Tekanan Sama
Avogadro
melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas
yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah
molekulnya sama maka jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang sama
perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas. Maka, rumus Molekul
dan rumus empiris.
Rumus
kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur yang
terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan
angka indeks.
Rumus
kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul.
“Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa”
“Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa”
Rumus
molekul, rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun
satu molekul senyawa.
MENENTUKAN
RUMUS KIMIA HIDRAT (AIR KRISTAL)
Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau nilai x.
Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau nilai x.
Secara
umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai :
Rumus
kimia senyawa kristal padat : x.H2O
Molaritas
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adalah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga,
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adalah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga,
V1
M1 = V2 M2
keterangan:
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
Pembuatan Larutan
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
Pembuatan Larutan
PEREAKSI
PEMBATAS
Di
dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan
tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti
bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu.
X + 2Y...... ......XY2
X + 2Y...... ......XY2
Gambar
: Pereaksi Pembatas
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut
koefisien reaksi, 1 mol zat X membutuhkan 2 mol zat Y. Gambar di atas
menunjukkan bahwa 3 molekul zat X direaksikan dengan 4 molekul zat Y. Setelah
reaksi berlangsung, banyaknya molekul zat X yang bereaksi hanya 2 molekul dan 1
molekul yang tersisa, sedangkan 4 molekul zat Y habis bereaksi. Maka zat Y ini
disebut pereaksi pembatas.
Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis
bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi. Dalam hitungan kimia, pereaksi
pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengan
koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil, merupakan
pereaksi pembatas.
BAB IV
P E N U T U P
- Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori
yang telah tersebutkan didalam makalah ini dan apabila pembaca telah membaca
makalah ini maka dapat mengetahui bahwa :
- Tata nama senyawa bertujuan untuk member identitas suatu senyawa sehingga dapat membedakan senyawa tersebut dari senyawa lain.
- Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri atas dua jenis unsur. Senyawa biner antara unsur logam dan nonlogam merupakan senyawa ion, sedangkan senyawa biner antara unsur nonlogam dan nonlogam merupakan senyawa kovalen
- Senyawa asam yang tidak mempunyai oksida asam disebut senyawa asam nonoksi.
- Oksidasi nonlogam adalah oksidasi unsure nonlogam yang jika dilarutkan ke dalam air membentuk senyawa asam.
- Senyawa poliatom ionik adalah senyawa garam yang kation dan anionnya merupakan ion poliatom.
- Senyawa basa merupakan senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-.
- Penamaan senyawa basa yang dibentuk oleh logam yang mempunyai bilangan oksidasi tungal.
- Asam oksi halogen adalah asam yang mempunyai oksida asam dan merupakan oksida halogen.
- Senyawa-senyawa organik yang hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H) disebut senyawa hidrokarbon .
- Menurut persamaan umum gas, volume suatu gas berbanding lurus dengan jumlah mol gas dan temperatur mutlak, tetapi berbanding terbalik dengan tekanan gas.